Doc.pexels.com |
LIHM.C0.ID - Pada artikel psikologi agama yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Jalaluddin membahas mengenai perkembangan jiwa keagamaan pada anak dan remaja, dimana dijelaskan bahwa sesungguhnya apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan hanya sebatas kebutuhan makan, minum, pakaian serta kenikmatan yang lainnya.
Tetapi dalam diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan yang bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan lainnya, bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan. Keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati, berupa keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan.
Dalam artikel dijelaskan bahwasannya manusia ingin mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau sesuatu yang dianggap zat yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Keinginan tersebut terdapat pada setiap kelompok atau golongan manusia.
Yang mendasari sumber kejiwaan agama itu sesuai dalam artikel tersebut adalah berpikir. Manusia ber-Tuhan disebabkan karena manusia tersebut menggunakan kemampuan berpikirnya. Kehidupan beragaman merupakan refleksi dari kehidupan berpikir manusia itu sendiri. Selain itu dijelaskan pula bahwa sumber keagamaan itu merupakan rasa ketergantungan yang mutlak. Dengan adanya rasa ketergantungan ini, manusia merasa dirinya lemah. Sebab rasa ketergantungan inilah yang menyebabkan timbul tentang konsep Tuhan.
Selain itu pula artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Jalaluddin ini menjelaskan bahwa sumber kejiwaan agama adalah rasa kagum. Jika seseorang kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain, maka keadaan tersebutlah yang membuat tumbuhnya kejiwaan keagamaan seseorang.
Selanjutnya dijelaskan bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber dari sesuatu yang tunggal, melainkan terdiri atas beberapa unsur yaitu fungsi cipta, rasa dan krasa. Cipta merupakan fungsi intelektual jiwa manusia. Rasa merupakan tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam membentuk motivasi dalam corak tingkah laku seseorang. Sementara krasa merupakan fungsi eksekutif dalam jiwa manusia, krasa mendorong timbulnya pelaksanaan doktrin serta ajaran agama berdasarkan fungsi kejiwaan.
Selain itu dalam artikel ini juga disebutkan bahwa seorang anak membutuhkan bimbingan agar anak dewasa sesuai yang diimpikan, antara lain yaitu prinsip biologis, prinsip tanpa daya, serta eksplorasi. Pada dasarnya seorang anak sudah mampunyai insting ataupun rasa keagamaan.
Dalam bab akhir artikel ini atau penutup artikel ini diisi dengan berbaigai contoh perilaku keagamaan yang menyimpang ataupun keliru. Dalam kehidupan sosial kita memiliki aturan serta norma. Norma tersebut merupakan nilai-nilai yang harus kita tanamkan dalam anak sejak dini.
Kelebihan dalam artikel ini adalah pembahasan yang cukup detail dan lengkap yang dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai tambahan pengetahuan yang mungkin sebelumnya belum kita ketahui.
Kekurangan dalam artikel ini adalah banyaknya penggunaan bahasa yang kurang familiar sehingga sedikit sulit untuk difahami oleh orang awam. Ada juga kutipan dari artikel lain dengan bahasa inggris yang tidak dijelaskan secara tuntas sehingga sulit untuk dipahami.
Saran untuk artikel ini jika ada kutipan dari artikel lain yang berbahasa inggris agar dijelaskan secara menyeluruh agar mudah di pahami oleh pembaca.
0 Comments