LIHM.CO.ID Dunia hipnosis menjadi lebih berkembang dalam praktek psikiatri ketika Milton Erickson mempraktikkannnya untuk intervensi klinis.Erickson sendiri sering disebut sebagai bapak Hipnosis Modern, sebab pendekatan hipnoterapi yang digunakan cukup unik, yang paling fenomenal adalah penggunaan pelanggaran bahasa yang mempengaruhi cara pandang kliennya, pola ini sering disebut dengan istilah indirect suggestion, yaitu sugesti tidak langsung yang menggunakan cerita, metafora, atau kalimat ambigu yang menciptakan makna ganda dalam pikiran seseorang.
Erickson dengan karya-karyanya menginspirasi banyak praktisi psikoterapi, mulai dari hipnosis konvensional, praktisi NLP dan Coaching, tidak bisa pungkiri kontribusinya membuat hipnoterapi lebih dari sekedar praktek sugesti atau placebo, sebab banyak kasus dimana Erickson membuat kepribadian seseorang berubah dengan hipnoterapi.
Jujur jika mau membedah tentang praktek hipnoterapi Erickson, maka sebuah artikel tidak cukup menjelaskan siapa Erickson, sebab dengan status penyandang polio dan keterbatasan penglihatan, dia menjadikan hipnosis untuk membuat hidupnya bermakna.Kali ini sebagai pembelajar hipnosis dari IHC (Indonesian Hypnosis Centre), saya ingin membahas empat tahap praktek klinis hipnoterapi yang dikembangkan oleh Erickson. (Jeffrey K. Zeig, PhD), yaitu :
1. Creating Experience Menciptakan pengalaman, konsep Pra-Induksi Erickson sangat unik, entah ini sebuah gift atau kecerdasan, dia saat membangun keakraban dengan klien, meminta memandangi satu objek di depannya, lalu meminta membayangkan sebuah moment dimasa lalu, bisa dengan kalimat metaforik, sugesti langsung, yang membuat klien nyaman, teknik yang terkenal adalah Arm Levitation, State Elicitation, Yes Set Conditioning, klien diminta memejamkan mata, lalu masuk ke dalam state hipnotik, dan diberikan sugesti untuk menguatkan egonya dan menerima apapun kondisi klien Acceptance, pola seperti Normalisasi dan Reframing adalah kekuatan komunikasi Erickson.
2. Utilization Tahap selanjutnya adalah pemanfaatan, setelah klien menceritakan apa masalah dan situasi yang hadapi, maka Erickson memanfaatkan sumber daya yang dimiliki klien untuk menyelesaikan masalahnya, Erickson tidak buru-buru memberikan sugesti langsung, tapi bertanya apa dan bagaimana klien mau menyelesaikan masalahnya, lalu mencari celah bagaimana ada pengalihan orientasi berpikir dari klien agar lebih produktif.
Salah satu kisah yang menarik adalah ketika ada seorang klien yang dianggap gila oleh keluarganya yang menganggap dirinya adalah Yesus, tapi yang dilakukan Erickson bukan menolak cara berpikir orang tersebut, tapi menyarankan dirinya untuk melakukan aktivitas produktif yaitu menjadi pemahat kayu, sebab Erickson menceritakan bahwa Yesus berprofesi sebagai tukang kayu, dari sinilah si klien akhirnya beralih pola pikir menjadi bermakna dan produktif sebagai tukang kayu.
Coba saja bayangkan jika, Erickson menolak atau mensugesti langsung cara dan kemampuan berpikir klien, maka yang timbul mungkin adalah masalah baru, dan inilah salah satu kecerdasan Erickson, piawai membangun keakraban.Kisah ini bisa jadi pesan untuk seorang hipnoterapis, terkhusus untuk praktisi Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) supaya tidak terburu-buru menanam sugesti kepada klien, tapi pelajari apa yang dibutuhkan klien.
3. Orienting Toward Pola ketiga adalah berorientasi ke masa depan, fokus pada solusi dan tidak berlama-lama berada dimasa lalu, sebab tujuan seorang klien datang ke hipnoterapis bukan untuk merubah masa lalu, tapi ingin merubah masa depan, oleh karena Erickson menyadari bahwa masa lalu tidak pernah bisa dilupakan apalagi jika berhubungan dengan rasa, tapi pemaknaan dan cara pandanglah yang bisa diubah.
Konsep berorientasi pada perubahan inilah yang akhirnya menginspirasi para praktisi coaching, yaitu berfokus pada solusi dengan sumber daya klien sendiri atau keterampilan memodel dari sumber daya orang lain.
4. Communicating for Effect Pola ke-empat ada kekuatan Erickson yaitu keterampilan mengolah kata, Erickson paham hipnosis adalah seni berkomunikasi yang memberikan efek kuratif pada klien, pelanggaran bahasa yang digunakan membuat seseorang menyadari bahwa selama ini dia (klien) terikat pada kerumitan berpikirnya, maka Erickson mengajak seseorang berpindah lokasi berpikir, banyak praktisi yang menyebut dengan istilah hipnosis terselubung atau covert hipnosis, salah satu kalimat yang fenomenal adalah "Saat Anda duduk rileks dikursi itu sekarang, betapa Anda menyadari bahwa saat ini Anda sedang belajar kembali menjadi pribadi yang tangguh dan pandai mengelola emosi sehingga Anda bisa menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi", pola ini sebenarnya membuat klien berpikir positif dan memikirkan cara baru yang menurutnya bisa dilakukan, dan ini dilakukan ketika klien sedang berada adalah keadaan trance.
Dari ke-empat pola Ericksonian di atas kita bisa buat kesimpulan yang tentu tidak final, sebab setiap kesimpulan berpotensi menimbulkan kesimpulan baru.Jadi, saat kita memutuskan menjadi seorang hipnoterapis terkadang kita tidak bisa memilih kehadiran seorang klien, dan saat menggunakan hipnosis untuk membantu orang lain, yakinkan diri bahwa sugesti berfokus pada solusi yang berpusat untuk menyelesaikan masalah klien dengan sumber daya maksimal yang bisa dilakukan.
Sumber Bacaan :
1. Mark P. Jensen.Handbook of Hypnotic Techniques Vol. 1: Favorite Methods of Master Clinicians.
2. Jeffrey K. Zeig, PhD. Developing Ericksonian Therapy.
0 Comments